dengan memakai pakaian serba hitam juga mulut tertutup lakban, puluhan jurnalis dari bebagai media pada gorontalo berjalan mundur sejauh Satu kilometer daripada gerbang kampus universitas negeri gorontalo (ung) menuju bundaran saronde kota gorontalo.
aksi itu dilaksanakan dengan gabungan tiga organisasi pers yaitu persatuan wartawan indonesia (pwi), aliansi jurnalis independen (aji) juga ikatan jurnalis televisi indonesia (ijti) gorontalo selama rangka peringatan hari kebebasan pers internasional, jumat (3/5).
koordinator penampilan, syam terrajana, menungkapkan aksi tersebut diadakan pada tengah keprihatinan kaum jurnalis akan mundurnya kebebasan pers dalam gorontalo.
menurut syam, melalui aksi itu diinginkan publik tidak lupa dengan angka penyerangan yang menimpa kantor mimoza tv pada september lalu serta kantor tvri maret 2013 lalu.
Informasi Lainnya:
- Merawat Mobil di Musim Hujan
- Merawat Mobil di Musim Hujan
- Tips Pemeliharaan Mobil di Musim Hujan
- Merawat Mobil di Musim Hujan
pakaian hitam merupakan simbol duka cita. tetapi jalan mundur merupakan refleksi mundurnya tingkat kebebasan pers selama era reformasi, ujar syam.
dalam penjelasan sesudah aksi, sekretaris ijti gorontalo, arlank pakaya lalu membacakan empat yang dituntut jurnalis gorontalo di hari kebebasan pers internasional yakni mendesak aparat hukum supaya langsung mengadili kaum pelaku penyerangan kantor tvri juga serta mimoza tv.
mendesak agar langsung mengadili pelaku kekerasan kepada jurnalis tvri, iksan nento, farid utina/trans 7. rully lamus/antv, andri arnold/metro tv, juga agus limehu/mimoza tv.
kami mengingatkan kepada umum dan pihak berwenang untuk ikut melindungi jurnalis juga menjaga jurnalisme serta jurnalis untuk merdeka daripada tekanan, kata arlank.
selain tersebut papar dia, mereka mengingatkan pada publik agar ikut mengontrol prilaku jurnalis dari media massa serta melaporkannya ke dewan pers jika menemukan jurnalis juga atau media massa yang melanggar kode etik.